Tuesday, October 26, 2010

Tsunami di Mentawai






Mentawai mendadak menjadi pusat perhatian ketika tsunami 3 meter menerjang dan menewaskan 31 orang. Selama ini, kepulauan yang indah ini seolah luput dari perhatian. Padahal, pasir putih dan ombaknya sudah lama menarik turis mancanegara.

"Pulau-pulaunya bagus banget tapi sepi. Menginap di sana kayak punya pulau pribadi," kata Kinanti, seorang petualang Aku Cinta Indonesia (ACI) kepada detikcom, Selasa (26/10/2010). Kinanti baru saja mengunjungi Pulau Mentawai beberapa hari lalu.

Keindahan Kepulauan Mentawai memang luar biasa. Pasir putih menghampar, laut biru berhiaskan terumbu karang. Sementara eksotika masih ditambah pula dari Suku Mentawai yang kesenian tatonya sudah melegenda di dunia.

Pulau Siberut adalah pulau utama di Mentawai. Pulau ini dicapai dengan ferry selama 10 jam dari Padang. Pulau ini menjadi yang paling ramai aktifitas penduduknya. Sementara, masih banyak tempat menarik seperti Pulau Botik dengan pasir putih dan batu karang.

Sejumlah resort bertebaran di Mentawai menjadi bukti ketertarikan tinggi para turis asing di Mentawai. Kebanyakan adalah peselancar yang berburu ombak untuk ditaklukan. Nah, mengenai pemukiman, Suku Mentawai memang tinggal agak di dalam pulau. Namun penduduk Mentawai memang banyak yang tinggal di pinggir laut. Jumlah korban tewas akibat tsunami di Mentawai terus bertambah. Data terkini, 108 orang tewas, 502 orang lainnya hilang.

"Data terakhir 108 meninggal, dan 502 orang dilaporkan hilang," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat, Harmensyah, saat dihubungi detikcom, Selasa (26/10/2010).

Menurut dia, BPBD terus berkomunikasi dengan Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB). Mereka tengah berupaya untuk mencapai Mentawai.Tim tanggap bencana disiapkan untuk segera melakukan penanganan di lokasi bencana. "Kita masih mengusahakan berbagai macam upaya," imbuhnya singkat.Tsunami setinggi 3 meter menyapu Kepulauan Mentawai pada Senin (25/10) kemarin malam. Tsunami ini menyusul gempa berkekuatan 7,2 SR yang mengguncang Sumatera Barat.Gelombang tsunami mencapai Padang hanya setinggi 46 cm. Peringatan tsunami pun dicabut setelah beberapa waktu. Namun rupanya tsunami di Mentawai sempat tidak terpantau. Bakorsurtanal tidak memasang tide gauge di Mentawai, sehingga hanya kekuatan gempanya saja yang terpantau.detikcom,

Merapi Status AWAS !!!!

Ribuan warga kini dalam proses evakuasi menyusul semburan material vulkanik dari perut Gunung Merapi, Senin (26/10/2010) pukul 17.50 WIB. Kepanikan terjadi ketika dari arah puncak meluncur gumpalan pekat bergulung-gulung ke arah wilayah Samburejo dan Kinahrejo, atau ke arah kediaman Mbah Maridjan.
Pengendara sepeda motor memacu kendaraannya sembari terus-menerus membunyikan klakson. Begitu juga mobil roda empat yang tadinya bersiaga di titik kumpul pertigaan Kinahrejo dan wilayah-wilayah tertinggi di lereng selatan. Sebagian besar warga dievakuasi ke barak pengungsi Umbulharjo dan Hargobinangun yang tadi siang dikunjungi Wapres Boediono.
Hujan abu
Hujan abu sampai saat ini masih terjadi di seputar wilayah Kinahrejo. Cuaca di lereng selatan mendung tebal dan gelap, tetapi belum turun hujan. Di Yogyakarta, hujan rintik-rintik terjadi secara sporadis. Dari laporan warga yang bertahan di Samburejo dan Kinahrejo, saat ini puncak Merapi berselimut awan tebal dan belum terdengar gemuruh guguran material vulkanik lagi.
Debu vulkanik akibat luncuran material dari puncak Merapi pukul 17.50 WIB berjatuhan ke wilayah selatan, seperti Turgo, Kinahrejo, Ngrangkah, dan Samburejo. Warga di Samburejo di lereng selatan Merapi panik hebat ketika sekitar pukul 17.50 WIB terlihat ada luncuran besar yang diduga awan panas mengarah ke wilayah Samburejo dan Kinahrejo.
Warga langsung dievakuasi ke barak pengungsian yang disiapkan. Muncul laporan juga bahwa sejumlah armada mobil pengangkut malah ketakutan dan kalang kabut meninggalkan desa.
Suasana yang terekam lewat radio komunikasi warga, peringatan bahaya dan teriakan agar warga turun ke wilayah yang aman terdengar bersahut-sahutan. Guguran dan luncuran material vulkanik dari puncak Gunung Merapi memang terus termonitor hingga Selasa (26/10/2010) petang. Jumlahnya mencapai ratusan kali.
Sekitar pukul 17.15 WIB, terjadi guguran besar yang sempat terlihat dari arah tenggara dan timur. Di Turgo, sejumlah warga mencium bau belerang dan melihat abu vulkanik melayang. Kacung, warga di Samburejo, memperkirakan jarak luncuran material sudah lebih dari 2.000 meter, atau 2 kilometer dari puncak.
Umumnya mengarah ke hulu Kali Senowo, Kali Boyong, Kali Kuning, dan Kali Gendol. Informasi ini berdasarkan pengamatan visual langsung dari warga di Turgo, Kinahrejo, Samburejo, Tunggularum, dan Deles. Kawasan puncak Merapi sendiri tertutup awan sangat tebal, tetapi sesekali kubah di puncak terlihat dari pertigaan Kinahrejo, yang jadi pusat titik kumpul pengungsi.
Titik api sejauh ini belum terlihat meski deformasi kubah terus berlangsung dan cukup ekstrem pertumbuhannya. Aktivitas Merapi kali ini sangat berbeda dengan kejadian erupsi sebelumnya karena perubahan aktivitas vulkaniknya sangat radikal.
Dalam tempo sebulan status Merapi berubah menjadi Awas, level tertinggi di fase erupsi. Data yang tercatat di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, laju inflasi kubah mencapai 42 cm/hari. Pengukuran dilakukan dengan electric distance measurement (EDM), dengan reflektor dipasang di sekitar puncak Merapi.
Bersiap evakuasi
Malam yang berkabut tebal dan tidak terlihatnya kawasan puncak Merapi membuat kewaspadaan menjadi ekstra tinggi. Di Kaliadem, Kepuharjo, dan Cangkringan, Kabupaten Sleman, warga setempat siang tadi menyelesaikan bangunan pos pantau secara gotong royong.
Pos pandang di desa-desa tertinggi di lereng selatan Merapi itu berupa pondok bambu setinggi 10 meter. Warga setempat menegaskan ingin memantau langsung pergerakan Merapi dengan keyakinan tinggi.
"Bukan berarti kami tak percaya informasi dan keputusan pemerintah dan vulkanologi. Sebagian besar warga sudah turun mengungsi," kata Ronggo, warga di Kaliadem.

Tuesday, October 12, 2010

Ternyata, Lebih Dari Separuh Wanita Terkaya Dunia Berasal dari Cina

BEIJING--Raja talkshow Oprah Winfrey dan penulis buku JK Rowling mungkin hanya dua dari sederet perempuan dengan label "terkaya" di dunia. Namun tahukah Anda, separuh dari wanita terkaya dunia ada di Cina?
Tiga posisi teratas diduduki tiga wanita Cina, yaitu antara lain ratu kertas daur ulang Cina, Zhang Yin, yang memiliki kekayaan pribadi 5,6 miliar dolar AS. Laporan lembaga survei Hurun yang berbasis di Shanghai -- yang mengumpulkan data tentang orang-orang kaya dunia -- menyebut dari 20 miliarder terkaya perempuan atas upaya mereka sendiri, 11 orang berasal dari  Cina dengan kekayaan rata-rata 2,6 miliardolar AS. Ratu talkshow Oprah Winfrey dalam daftar ini menempati peringkat kesembilan dengan dolar kekayaan 2,3 miliar dolar AS.
JK Rowling, penulis buku-buku populer Harry Potter, berada di bagian bawah daftar, dengan kekayaan 1 miliar dolar AS. "Tidak ada negara lain yang datang bahkan mendekati jumlah perempuan terkaya selain Cina," kata Rupert Hoogewerf, pendiri dan penyusun daftar itu.
Daftar ini mencakup tiga miliarder dari Amerika Serikat, tiga dari Inggris, dan masing-masing dari Italia, Rusia dan Spanyol. Orang non-Cina terkaya dalam daftar adalah Rosalia Mera dari toko pakaian Zara Spanyol dengan total kekayaan  3,5 miliar dolar AS.
Menurut Hoogewerf, penerimaan panjang Cina atas perempuan yang bekerja di luar rumah telah menjadi faktor yang signifikan dalam keberhasilan mereka.

REPUBLIKA.CO.ID

Friday, October 1, 2010

Browse the Web, earn points and prizes

What if browsing the internet felt like playing an arcade game?

That's the idea behind a new website called OneTrueFan, which awards points -- and potentially real prizes -- to people just for trolling around online.

The site, which opened to the public late Wednesday and launched at a conference hosted by the blog TechCrunch earlier this week, intends to apply the idea of "check-ins" to online media consumption.

Smartphone apps like Foursquare and Gowalla popularized the idea of check-ins, which broadly refers to the act of telling people you're at a certain location or that you're doing a certain thing at that moment. It's a concept that's gone mainstream only recently. Facebook, with its 500 million members, picked up on the idea when it launched its "Places" feature in August.

Foursquare and others let users "check in" to bars, restaurants and parks. Other apps like GetGlue let people check in while they're watching movies or reading books.

Now those same mechanics are coming to the internet at large.

After users install a Firefox plug-in for OneTrueFan, the site automatically checks you in each time you visit a new website.

If it's your first time on the site, you get 10 points; if you've been there before, you get 1 point for each new page you visit within a certain domain. Those who share a link -- on Twitter, Facebook or Delicious, the bookmarking site -- are awarded with five points. People whose links actually drive traffic back to that website get one point for each click. The scores reset every two weeks.

But who cares, right? What do these points actually mean?

Eric Marcoullier, who co-founded OneTrueFan with business partner Todd Sampson, says the points create a sense of competition and community among users and could also result in real prizes.

Those who visit a certain site most often are given "One True Fan" status, similar to the "mayor" status people achieve on Foursquare if they frequent a certain venue more often than anyone.

People who have installed the OneTrueFan plug-in automatically see who is winning the race to be the biggest fan of that page. The also see the faces of other internet heads who happen to be look at the page at that time.

Marcoullier says this creates an ambient feeling of community -- much the way shopping in a crowded store makes a person feel part of a group.

"When you think about it, browsing the Web is an inherently sterile, isolated experience, but there are people at the same sites you go to," he said. "And it's not like you're going to sit there and talk to them while you're browsing."

Instead, he added, it's nice just to know they're there.

The site awards digital "patches" to people who complete certain challenges. For instance, if a person visits 1,000 different internet domains, he or she is awarded the "browser" patch. Sharing 100 links gets you the "broadcast" patch, and visiting five social networking sites in one day gets you the "socialite" patch.

All of this feeds into the competitive spirit of the site, Marcoullier said.

OneTrueFan does not let users contact each other through the site, but the service links in with peoples' Twitter and Facebook accounts, so users could get in touch that way if they wanted, he said. And as for the sites you'd rather the world not see that you visited? Users can undo check-ins on a particular site and their entire check-in history there will be deleted from OneTrueFan's servers permanently, Marcoullier said.

The site does not save its users' entire browsing histories, he said. It only lists links that users have shared publicly on Facebook, Twitter and Delicious -- as well as whether a person gained or lost "One True Fan" status on a website.

As for the real rewards, some stores give freebies or discounts to people who become mayors of locations on Foursquare. In much the same way, Web companies will be able to offer prizes to the people who achieve "One True Fan" status on their sites, Marcoullier said. For example, a tech-focused website might offer the top user a free iPod or a chance to preview an invitation-only site, he said.

Marcoullier believes his plug-in makes the Web more social and fun. It's part of the coming "gamification" of our lives.

OneTrueFan only had 700 "alpha" users as of Wednesday, before it launched to the public, he said. Those users had to request invitations to get an "alpha preview" of the new website.

It's not the only new site trying to push the idea of website-based check-ins. Badgeville, which was a finalist in a contest for innovative startup companies at the TechCrunch Disrupt event this week, aims to work with media companies to develop loyal website users using similar techniques.

"The Badgeville Platform offers turnkey widgets & an API that allow media sites, publishers, brands, marketers, and community managers to leverage game-based techniques to create highly engaging web experiences," the site says in an introductory blog post. "Users are rewarded with real-time achievements and reputation that help publishers achieve specific pre-defined and measurable business goals."

Philly.com and TechCrunch are among Badgeville's current customers, according to a press release about the company.

BigDoor Media is another company trying to sell game-like features to websites.

It's unclear, however, how users will react to these new services.

In a post on the blog ReadWriteWeb, Ethan Stillman says that the new sites that are adding "game mechanics" to websites are doing a better job than their predecessors, but that adding games to Web browsing can go terribly wrong.

"Bad game mechanics are worse than no game mechanic because of that one jarring moment when your user realizes just how crappy the game mechanic is," he writes. "And it's at that moment when you have absolutely no control over where their mind wanders off to. They are flying free and you're just a speck on the radar."

He adds: "This is going to get nutty, and awesome, very quickly." ( CNN )